Smart City Index dikenal sebagai salah satu pemeringkatan smart city secara global yang sering dijadikan sebagai acuan. The Institute for Management Development dan Singapore University of Technology and Design (SUTD) merupakan lembaga yang melakukan dan bertanggung jawab atas pemeringkatan Smart City Index. Konsep smart city dalam SCI digambarkan sebagai pengaturan perkotaan yang menerapkan teknologi untuk meningkatkan manfaat dan mengurangi kekurangan dari adanya urbanisasi. Dalam pelaksanaannya saat ini, SCI memeringkat 118 kota yang ada di dunia berdasarkan persepsi para warganya mengenai bagaimana teknologi dapat meningkatkan kehidupan mereka. Selain itu, untuk melakukan pemeringkatan digunakan juga data ekonomi dan sosial yang diambil dari United Nations Human Development Index. 

 

Pada edisi pertamanya, Smart City Index hanya memeringkat 112 kota di dunia yang dilakukan dengan cara menangkap secara acak persepsi 120 penduduk yang terpilih di setiap kota. Akan tetapi saat ini metodologi yang digunakan SCI telah berbeda, dimana mereka menggunakan lebih dari 12.000 survei untuk melakukan pemeringkatan. Setiap survey memiliki setidaknya 40 pertanyaan yang 36 pertanyaannya terbagi secara merata kedalam dua faktor besar yaitu struktur dan teknologi. Faktor struktur berkaitan dengan penyediaan infrastruktur, dan faktor teknologi menggambarkan penyediaan teknologi dan layanan yang tersedia bagi para penduduk di suatu kota. Selain itu terdapat tiga pertanyaan yang menilai sikap penduduk terhadap penggunaan data pribadi, pengenalan wajah, dan kepercayaan mereka terhadap otoritas lokal. Sedangkan pertanyaan sisanya merangkum area prioritas yang dirasakan dari 15 alternatif yang mungkin. 

 

Dalam 36 pertanyaan yang berkaitan dengan faktor infrastruktur dan teknologi, terdapat lima bidang utama yang dievaluasi dari setiap faktor yaitu: 1) Kesehatan & Keselamatan, 2) Mobilitas, 3) Aktivitas, 4) Peluang untuk bekerja dan sekolah, dan 5) Pemerintahan. Pada faktor struktur, responden diminta untuk memilih satu dari 4 pilihan yang disediakan yaitu: 1) Sangat Setuju, 2) Setuju, 3) Tidak Setuju, dan 4) Sangat Tidak Setuju. Sedangkan pada faktor teknologi selain memilih 4 pilihan yang disediakan sebelumnya, responden juga dapat memilih pilihan ‘tidak tahu’ dan ‘teknologi tidak tersedia di kota saya’, sehingga total pilihan yang dapat dipilih dalam faktor teknologi terdiri dari 6 pilihan. Setiap pilihan nantinya memiliki bobot penilaiannya masing-masing. Adapun bobot dari masing-masing pilihan yaitu sebagai berikut: 

  1. Sangat Setuju, memiliki bobot 1,5 
  2. Setuju, memiliki bobot 1,0
  3. Tidak Setuju dan Tidak Tahu, memiliki bobot -1,0 
  4. Sangat Tidak Setuju dan Teknologi Tidak Tersedia di Kota Saya, memiliki bobot -1,5

 

Setelah responden selesai mengisi survey, hasil survey diolah melalui serangkaian tahapan yang cukup kompleks dan dielaborasikan dengan data ekonomi dan sosial yang diambil dari United Nations Human Development Index sehingga menghasilkan pemeringkatan kota-kota. Smart City Index sendiri rutin diselenggarakan setiap tahun. Pada tahun 2021, kota Singapore menduduki peringkat ke-1 disusul dengan kota Zurich yang menduduki peringkat ke-2 dan kota Oslo yang menduduki peringkat ke-3. Selain itu, terdapat juga tiga kota di Indonesia yang masuk kedalam jajaran 100 besar Smart City Index 2021, yaitu Jakarta (peringkat ke-91), Medan (peringkat ke-99), dan Makassar (peringkat ke-100). 



Sources

Smart city index methodology - IMD business school. (n.d.). Retrieved May 25, 2022, from https://www.imd.org/globalassets/wcc/docs/smart_city/smart_city_index_methodology_and_groups.pdf

Polydoros, T. (2021, December 1). Smart city index 2021. PlanBe. Retrieved May 25, 2022, from https://www.planbe.com.gr/news/smart-city-index-2021

2021 global smart city index. Quantum. (2022, February 3). Retrieved May 25, 2022, from https://www.quantumesco.it/en/2021-global-smart-city-index/#:~:text=The%20SCI%20ranks%20118%20cities,Human%20Development%20Index%20(HDI).

Share:

Tags: